Sebuah Cermin

Cermin adalah sahabat yang jujur. Dia netral, tanpa pamrih apapun dengan dingin dan bijak akan menceritakan siapa diri kita sebenarnya. Meski aneka topeng dan peran kesempatan kita mainkan, namun sang cermin tidak pernah mau menjilat ataupun mencari muka untuk tidak menceritakan siapa kita sebenarnya. Ya, itulah cermin bagi sang arif menjadi teman sekaligus guru yang mengajarkan ketulusan untuk senantiasa membasahi bibirnya dengan rasa syukur. Karena cermin yang ikhlas akan mewartakan kepada kita: “Biarpun Anda tak punya sepatu janganlah menghujat Tuhan, karena lihatlah ke jalan masih banyak orang lain yang tak memiliki kaki.” Jadi hiasi kalbu Anda dengan syukur, dengan demikian hidup pun semakin makmur.

Maka janganlah sesaat pun kita meninggalkan cermin karena ia akan menjadi penyeimbang kehidupan. Ia akan muncul sebagai sanubari terbening dari lubuk kalbu yang terdalam. Cermin adalah suara ketuhanan yang memantulkan gaung sejati setiap sanubari. Apapun profesi dan lakon yang kita mainkan, tak akan mempengaruhi sang cermin dalam menyampaikan warta kejujuran.